Tutup Kisah | 12.43 |
Filed under:
|
Dermaga sepi.... Kapal itu ingin berlabuh lagi.
Signalnya kutangkap lima hari lalu via massager
Jelas tersirat rasa rindu yg nyengat tentang kisah.
Sayang…aku tlah lelah memasung hatiku selama 60Bulan
Sebab waktu terus berputar. Slalu ada perubahan dalam hitungan detiknya....
Lalu pada malam Itu hanya ada satu pelita.
Meski pijarnya kecil dan hanya menerangi wajahku
yg telah kubenamkam pada kegelapan.
Tapi aku bahagia sebab kapal nya memberiku keteduhan..
****
Tinggal menghitung hari di awal tahun, kulalui dengan damai. Sebuah pesan electronic singkat kembali mengusik . Bahasanya mencari celah mungkin juga peluang. Aku tahu itu,kamu datang dengan kenangan dan mimpi masa depan. Tapi aku tidak sayang, sebab nisan mu tlah kubuat di ujung tahun kemarin saat kita bertemu dan membuat clausul melepaskan kenangan tentang kita.
Aku benci pertemuan, sebab itu akan menyeretku pada kisah lalu , dimana kau telanjangi aku dalam kesepian yang mendera. Saat sepasang pemuda-pemudi berbagi rasa, aku tetap sepi dan menepi dengan rasa setia ku..dan kau tak penah datang jua.
Kali ini kau mengugatku lagi. Juga dengan kenangan dan janji bual yang sama. Sudah lah, usailah masa lalu, kataku saat kita bertemu di sebuah hotel megah tempat kau melepaskan penat sejenak. Kita pun menyusuri jalan laga ligo untuk memilih perangkat camping sebuah hoby yang kau sukai.
“ Maaf aku sudah mencoba, sulit untuk membuangnya. Maaf telah menyia-nyiakan waktumu yang lalu, “ kali ini kata itu terdengar lagi, saat kita berbincang tentang kita. Kejutan memang, dalam dua pertemuan aku mencatat 17 kali kau ucapkan. Padahal 60 bulan aku menunggu kata itu dan tak pernah keluar.
“ aku ingin melanjutkan dan mengabdikan diriku pada yang lainnya, “ bisikku cenderung memohon. Sebab jebakan dan pesonanya begitu kuat. Kata ini harus ku ucap dua kali dalam dua pertemuan di rentang yang tak jauh harinya. Kita pun berpisah setelah menghabiskan waktu 71 menit.
Aku senang, bukan karena lepas dari kerangkeng rasaku padamu.Bukan itu, tapi aku kuat ungkapkan kata TIDAK. Padahal aku gadis rapuh untuk urusan rasa. Meski semua orang menilaiku tangguh. Casing dan isi kadang tak sama, seperti kadar air tak bisa di ukur kejernihannya.
Lalu sebuah sms pesan panjang“ Dimana ?....bla..bla.. “ aku tahu empunya dan isyaratnya. Lalu kami bertemu dan kutemukan mata yang tersenyum. “ Tuhan, biarkan dia menjadi selimut di hatiku, “ gumamku dan kami pun membenamkan diri dalam cerita dan perjuangan tentang dunia kami.
AJI, dua februari duaribu sembilan