hahhhhhhh 17.36

gbrrrrrrrrrrkkkkkkkkk

Tutup Kisah 12.43

Dermaga sepi.... Kapal itu ingin berlabuh lagi. 
Signalnya kutangkap lima hari lalu via massager
Jelas tersirat rasa rindu yg nyengat tentang kisah. 
Sayang…aku tlah lelah memasung hatiku selama 60Bulan
Sebab waktu terus berputar. Slalu ada perubahan dalam hitungan detiknya....

Lalu pada malam Itu hanya ada satu pelita. 
Meski pijarnya kecil dan hanya menerangi wajahku 
yg telah kubenamkam pada kegelapan. 
Tapi aku bahagia sebab kapal nya memberiku keteduhan..

****

Tinggal menghitung hari di awal tahun, kulalui dengan damai. Sebuah pesan electronic singkat kembali mengusik . Bahasanya mencari celah mungkin juga peluang. Aku tahu itu,kamu datang dengan kenangan dan mimpi masa depan. Tapi aku tidak sayang, sebab nisan mu tlah kubuat di ujung tahun kemarin saat kita bertemu dan membuat clausul melepaskan kenangan tentang kita. 

Aku benci pertemuan, sebab itu akan menyeretku pada kisah lalu , dimana kau telanjangi aku dalam kesepian yang mendera. Saat sepasang pemuda-pemudi berbagi rasa, aku tetap sepi dan menepi dengan rasa setia ku..dan kau tak penah datang jua.

Kali ini kau mengugatku lagi. Juga dengan kenangan dan janji bual yang sama. Sudah lah, usailah masa lalu, kataku saat kita bertemu di sebuah hotel megah tempat kau melepaskan penat sejenak. Kita pun menyusuri jalan laga ligo untuk memilih perangkat camping sebuah hoby yang kau sukai.

“ Maaf aku sudah mencoba, sulit untuk membuangnya. Maaf telah menyia-nyiakan waktumu yang lalu, “ kali ini kata itu terdengar lagi, saat kita berbincang tentang kita. Kejutan memang, dalam dua pertemuan aku mencatat 17 kali kau ucapkan. Padahal 60 bulan aku menunggu kata itu dan tak pernah keluar.

“ aku ingin melanjutkan dan mengabdikan diriku pada yang lainnya, “ bisikku cenderung memohon. Sebab jebakan dan pesonanya begitu kuat. Kata ini harus ku ucap dua kali dalam dua pertemuan di rentang yang tak jauh harinya. Kita pun berpisah setelah menghabiskan waktu 71 menit.

Aku senang, bukan karena lepas dari kerangkeng rasaku padamu.Bukan itu, tapi aku kuat ungkapkan kata TIDAK. Padahal aku gadis rapuh untuk urusan rasa. Meski semua orang menilaiku tangguh. Casing dan isi kadang tak sama, seperti kadar air tak bisa di ukur kejernihannya.

Lalu sebuah sms pesan panjang“ Dimana ?....bla..bla.. “ aku tahu empunya dan isyaratnya. Lalu kami bertemu dan kutemukan mata yang tersenyum. “ Tuhan, biarkan dia menjadi selimut di hatiku, “ gumamku dan kami pun membenamkan diri dalam cerita dan perjuangan tentang dunia kami.

AJI, dua februari  duaribu sembilan

tres 19.26

tes

Polisi Mengobok-obok Jantung Pertahanan 11.13

Keheningan malam ku terusik. Seyogyanya, peringatan Tragedy Karbala kematian Imam Husaen As , keluarga Rasulullah dan para sahabat , malam 10 Muharram bisa dilalui dengan khusuk justru membuat konsentrasi terpecah. Messege up to date mengagetkan. “ Harian fajar di periksa polisi, “

“ Ya rabbi, akhirnya terjadi juga” gumam ku.. Jauh hari kami sudah memperkirakan kondisi terburuk itu akan datang jua. 

Sisno Adiwinoto, pelapor kasus pencemaran nama baiknya sebagai Kapolda Sulselbar seakan tak pernah puas. Dalam rentang empat bulan, kasus Upi di speed untuk menjeratnya sebagai pesakitan.Seperti biasa, naluri sebagai teman pun membawaku ke Graha pena. Situasi agak tenang, setelah bertemu dengan Silahuddin Genda dan berjabat tangan dengan Nur Alim Djalil hanya say hallo. 

“ Mana polisi, “ tanyaku bersamaan dengan Izur wartawan Inilah.com

Sila menunjuk ke arah ruang kaca. Disana ada satu pria kemeja putih sedang mengoperasikan laptop. 

 “ Tadi dia mau periksa Muchlis, “ Sila pun mulai menuturkan kejadiannya. 

Kisahnya bermula, ketika ruang redaksi pukul 19.00 wita,kedatangan tamu tak dikenal. Kebiasaan tak lazim tamu masuk ke dalam ruang redaksi,karena untuk masuk harus menggunakan sidik jari. Tentu saja, ruang redaksi yang sibuk dengan deadline berita sontak terusik. Melihat orang aneh masuk tanpa permisi dan tak lazim, sejumlah wartawan pun merapat ke pria yang tak dikenal dan menanyakan keperluaannya.  

Sedikit basa basi dan menanyakan keberadaan Erwin dan Muchlis. Ekspresi curiga pun terpancar dari wajah sejumlah wartawan. Mereka mencium gelagak tak nyaman.  

“Kami hanya mau konfirmasi beberapa artikel, apakah benar dimuat oleh harian fajar dan dibuat oleh reporter harian Fajar, “ kata penyidik. 

“ Iya benar, “ jawab Silahuddin Genda , salah satu redaktur fajar. Sila sudah menduga bahwa kedatangan mereka terkait pemeriksaan wartawan Erwin Bahar dan Mukhlis, setelah keduanya menolak datang ke Mapolda terkait kasus pemeriksaan saksi atas kasus pencemaran nama baik Kapolda. 


“ Sebaiknya bapak keluar saja, “ pintanya.  

Untuk menghindari konfrontasi dengan sejumlah wartawan yang mulai memperlihatkan raut tak senang, empat anggota Polda pun keluar.Tak disangka para penyidik ini justru mencari Mukhlis di luar ruang redaksi .

“ Ada apa sich pak, “ tanya Muchlis. 

“ Mau menanyakan berita ini, “ kata Penyidik. 

Penyidik pun memperlihatkan BAP wartawan Sindo dan Tribun "Ini Pak Sindo dan Tribun sudah kami periksa. Jadi tinggal Fajar yang belum," kata seorang penyidik meyakinkan. 

Nyali Muchlis pun melempeng melihat BAP wartawan Media lain. Akhirnya polisi mengajak kesuatu tempat dan ruang perpustakaan adalah tempat aman untuk mengintrogasi Muchlis. 
 
“ Entah berapa pertanyaan yang ada.Kami baru sadar Muchlis diperiksa setelah teman-teman melihat ada yang aneh di ruang redaksi, “ tutur Sila. Secara naluri, beberapa wartawan bergerak menuju ruang perpustakaan. Yang jaraknya tak jauh dari ruang redaksi. 

“ Saya dan teman-teman sempat mendengar pertanyaan “ Apakah anda mengenal Upi dan dimana anda mengenalnya”.Tak terima rekannya di introgasi, wartawan pun protes dan meminta polisi untuk meninggalkan tempat. 

“ Bapak kenapa bapak tanya itu, kalau mau bertanya terkait pemberitaan kenapa bertanyaan terkait kasus upi. Bapak tidak berhak memeriksa Mukhlis di sini . Kalau terkait pemberitaan itu sudah diserahkan ke lembaga bukan ke reporternya.Bapak pulang saja, karena bapak tidak punya hak dan tidak punya surat-surat untuk memeriksa “ tegas Sila. 

Merasa di pojokkan Akp Anwan naik pita “ Kalau bukan karena Kapolda, saya yang akan seret kalian untuk diperiksa, “ 

“ Tenang pak, persoalan ini terkait pemberitaan sudah ke lembaga, jadi bukan reporternya diperiksa. Bapak pulang dulu, nanti kami bicarakan dengan pimpinan. Bapak juga tidak berhak memeriksa wartawan tanpa di damping pengacara, “ Sila melunakkan tekanan suaranya. 

Akhirnya penyidik dari Mapolda pun keluar. Tak lama berselang Alwi Hamu Komisaris Harian Fajar dan menanyakan ada apa karena ada beberapa polisi dan suasana agak rame. 

Sila pun menceritakan kasus tersebut dan kejadian yang tadi. Alwi Hamu sempat kesal dan menegaskan bahwa repoter tidak boleh diperiksa terkait pemberitaan. Sementara berbincang, polisi kembali datang . Kali ini Alwi Hamu yang menerima dan menanyakan perihal kedatangannya. Mereka pun menyampaikan maksudnya. 

“ Terkait pemberitaan dari redaksi sampai tercekan koran di sebarkan ke public itu sudah menjadi tanggung jawab lembaga. Jadi kalau ingin bertanya tentang itu langsung ke pimpinan, langsung ke Wapempred Nur Alim Djalil“ Alwi Hamu menjelaskan saat itu Nur Alim berada disampingnya.  

Penyidik pun menanyai Nur Alim Djalil wapimpred Fajar karena Suksriansyah S Latief Pimprednya sedang study di Belanda.

Pemeriksaan berlangsung singkat. Hanya ada dua pertanyaan. 

“ Apakan betul fajar pernah memuat pemberitaan terkait pernyataan kapolda masalah pidanakan Wartawan, “ tanya Penyidik sembari memperlihatkan kliping Koran.

“ Betul dimuat “ jawab Nur Alim 

“ Siapa yang nama kode wartawannya, “ 

“ Itu tidak disebutkan karena kebijakan redaksi kami” 

Pemeriksaan pun dihentikan. Namun hingga pukul 20.30 wita, polisi masih tetap bertahan di harian fajar dan stand by di ruang tunggu dengan harapan semoga hasil yang tadi lebih memuaskan . Mereka tetap memburu target. Namun harapan tak seperti yang dingini, mereka pun memutuskan pulang sekitar pukul 21.00 Wita. 

===

Kisah kantor redaksi di obok-obok polisi juga terjadi di Harian Sindo . Selasa, 30 Desember 2008. Tiga penyidik dari Polda Sulsebar datang ke Harian Seputar Indonesia di Jalan Haji Bau pukul 13.00 wita. Yang menemui adalah Andi Ichsan Pasiringi, korlip Sindo dan sempat ngobrol tujuannya untuk mencari Andi Amriani dan Andi Ichsan Pasiringi. Ichsan mengatakan Amriani yang bersangkutan tidak berada di tempat. Ichsan menanyakan tujuannya. 

Penyidik penyampaikan tujuannya yakni mau minta keterangan. Ichsan pun mengontak Pimpred Muramal Azis dan di okekan. 

“ Saya sudah siap sejak pemanggilan pertama,mereka menjalankan tugas yach sebagai taat hukum saya penuhi, “ kata Ichsan di wawancarai Koalisi via telpon.  

Dalam pemeriksaan itu diajuhkan tujuh pertanyaan dalam BAP, dan di tanda tangani oleh Ichsan. Penyidik memperlihatkan kliping Koran dan meperlihatkan Koran tersebut pada Ichsan. Ichsan juga memberikan hasil terbitan Koran Sindo. Hingga sore hari, Amriani tak jua datang, tim penyidik pun pulang ke kandangnya.. 

Pemeriksaan tim penyidik ke ruang redaksi Harian Seputar Indonesia dan Harian Fajar terkait penetapan empat wartawan Erwin Bahar, Mukhkis Amans Hady Jurnalis Harian Fajar dan Andi Amriani Serta Andi Ichsan Pasinringi Wartawan Seputar Indonesia sebagai saksi dalam kasus pencemaran nama baik yang libatkan Upi Asmaradhana kordinator Koalisi Tolak Kiriminalisais Pers sebagai tersangka. Keempat jurnalis ini dipanggil sebagai saksi 12 Desember 2008, atas berita mereka tentang pernyataan Sisno Adiwinoto Kapolda`Sulselbar yang dimuat di Koran tersebut.

Kini, polisi terus mengejar empat wartawan untuk melengkapi berkas upi sebagai tersangka kasus pencemaran. Polisi berhasil mengobok-obok jantung pertahanan redaksi Sindo dan Fajar yang merupakan benteng terakhir yang harus di pertahankan atas nama harga diri.

Makassar, Selasa Lima Januari Duaribu Delapan 

Rahasia Lelaki 17.00

Kalau Lelaki terdiam setelah pertengkaran panjang,tandanya dia sudah lelah dan ingin pertengkaran ini berakhir..
karena: Pada prinsipnya, lelaki gak suka berlama2 bertengkar mulut, kecuali dia banci.Cukup 3 kalimat awal pertengkaran kalian, dia sdh mengerti sebab kemarahan kamu..

Kalau Lelaki memegang tanganmu atau membelai rambutmu setelah pertengkaran, tandanya diamerasa bersalah telah membuatmu marah..
karena: Lelaki yang benar2 sayang sama kamu, gak akan tega liat kamu menangis, apalagi gara2 dia...

Kalau Lelaki bersandar dibahumu dan memintamu membelai rambutnya, tandanya kamu adalah satu2nya wanita yg dia cinta sebesar cintanya kepada ibunya..
karena: Lelaki pantang terlihat lemah/manjaapalagi dhadapan wanita. Kalau dia sampai melakukan itu padamu, tandanya dia merasa nyaman dan yakin "pride"nya gak akan berkurang jika melakukan itu pada dirimu..

Kalau Lelaki mengatakan "apa sih yang ngga utk kamu?" ada dua kemungkinan, dia bener2suka sama kamu atau dia playboy sejati.
karena: Lelaki ingin sang wanita pujaan tahu, kalau dia siap memberikan waktu hanya utknya.
Kalau tipe playboy, biasanya dibelakang kata2 itu dibarengi pujian2 gak jelas maksudnya.

Kalau Lelaki menangis dihadapanmu, tandanya dia benar2 sayang sama kamu.
karena: Kodrat Lelaki adalah pantang utk menangis. Jika ia menangis, hanya ada satu kata:
Dia cinta kamu.

Kalau Lelaki sering melanggar aturan2 yang kamu buat, tandanya dia gak nyaman dikendalikan sama kamu.
karena: Lelaki tahu apa yg benar dan salah dan hanya butuh diarahkan, bukan dilarang. Semakin dilarang, semakin dilanggarnya.

Kalau Lelaki cemburu, ada empat kemungkinan inti:
1. Dia bener sayang sama kamu dan takut kehilangan kamu.
2. Dia tipe posesif dan menguasai
3. Dia selingkuh dan gak mau di"saingi"
4. Dia punya trauma dalam yg mungkin gak pernah diceritakannya kepadamu..

Kalau Lelaki diam membisu, tandanya dia benar2 marah sama kamu.
karena: Lelaki selama masih "ngoceh" tandanya masih "1/2 marah". tapi kalau sdh diam, siap2 saja akan kemungkinan terburuk bagi hubungan kalian kalau kalian tidak aware.

Kalau Lelaki bercerita masa lalunya yang buruk, tandanya dia memberitahu kamu agar jangan melakukan hal yang sama.
karena: Lelaki adalah mahluk traumatik dan parno. Cukup kalian berkata: "aku gak akan
melakukan hal sebodoh itu" sekali saja, dan dia tidak akan pernah bercerita hal itu lagi.

Kalau Lelaki menghilang tiba dari "peredaran", tandanya dia ingin menjauh dari kamu karena satu dan lain hal.
karena: Lelaki kadang gak tega utk meninggalkan kalian, kadang krn hal2 yg kalian
sendiri gak sadar. Kejar dia dan tanyakan sebabnya kenapa. Kalau dia gak jawab, berarti diapengecut dan pantas ditinggalkan.

Kalau Lelaki menatap dalam2 kematamu, dia sedang mencari2 jawab, apakah kalian benar2
cinta kepadanya atau hanya sebatas apakah?
karena: hampir setiap Lelaki merasa unsecured dalam hubungannya, mungkin traumatik ataukarena pengaruh lingkungan sekitarnya.


Jadi kesimpulannya, para wanita sebenarnya lebih tegar dan kuat daripada para lelaki yang hanya keras diluar, tapi lembutdan rentan didalam. Itulah rahasia terdalam para Lelaki, mudah2an berguna bagi para wanita...


Posting dari Sen, 3/11/08, Lukman A S

Masjid Di Gaza Hancur Di Bom Zionis Israel 17.47


http://www.kispa.org/
2009-01-02 10:23:02

kispa.org - Kairo - “Saat kami sedang bersujud menghadap Allah, tiba-tiba kami mendengar raungan pesawat tempur Zionis Israel yang datang dari jauh. Tidak lama kemudian pesawat-pesawat pembunuhan itu memuntahkan bom-bom ke arah kami. Semua itu terjadi dalam hitungan menit hingga masjid yang kami ada di dalamnya dihancurkan dari atas kepala-kepala kami.”

Inilah kalimat yang menuturkan kepedihan. Yang menggambarkan aksi bombardemen pesawat tempur Israel ke rumah-rumah Allah di Jalur Gaza. Kalimat itu dituturkan Ramadhan Khaled al Afsy, salah seorang dari 13 korban luka yang sampai di rumah sakit Nasher di Kairo, Mesir, dari total 36 korban luka Jalur Gaza yang berhasil dibawa ke wilayah Mesir.

Khaled (27), menuturkan sisi lain “genosida Gaza yang kedua”. Dia mengatakan, “Saya adalah satu di antara warga kamp pengungsi Nusairat di Jalur Gaza. Bersamaan dengan dimulainya gempuran Israel ke seluruh wilayah Jalur Gaza Sabtu (27/12) siang lalu, saya bersama sekelompok orang berangkat menunaikan shalat dzuhur di masjid al Zahra, sebuah masjid kecil di kamp pengungsi Nusairat.”

Dia menambahkan, “Baru saja kami memulai pada rekaat pertama hingga missil-missil pesawat pembunuhan Israel menghantam kami saat kami sedang bersujud. Saya saat itu hanya bisa memohon kepada Allah agar melindungi kami semua dari segala keburukan dan mengembalikan tipu daya mereka ke leher-leher mereka.”

Dia merasa bersyukur atas apa yang menimpanya, lebih baik dari apa yang menimpa yang lainnya. Khaled menuturkan, “Tiba-tiba saja masjid sudah dihancurkan total dari atas kepala-kepala kami. Bukan hanya masjid satu-satunya. Namun sejumlah rumah warga di sekitar masjid juga dihancurkan. Nasibku agak lebih baik. Karena saya berada di dekat pintu masjid yang dipenuhi dengan jamaah shalat. Saya berhasil dikeluarkan dengan segera dari bawah reruntuhan puing-puing masjid dan dibawa ke rumah sakit. Kami, 40 jamaah shalat tertimpa masjid dari atas kepala-kepala kami akibat bombardemen Israel. Saya tidak tahu sampai sekarang, apa yang terjadi pada mereka (jamaah yang lain).”

Khaled, meskipun mengalami patah tulang di kedua pundaknya dan sejumlah tulang rusuk terkena serpihan rudal di pinggang kanannya, sehingga membuatnya sangat sulit berbicara, namun dia terus melanjutkan penuturannya. “Sesampainya saya di rumah sakit as Shifa di kota Gaza, saya tahu bahwa Zionis Israel menjadikan masjid-masjid sebagai sasaran bombardemennya. Saya tahu pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan sejumlah masjid lainnya. Di antaranya adalah masjid as Shifa di barat Gaza, masjid al Qassam di Khan Yunis, masjid Imad Aqil di utara Jalur Gaza, masjid Abu Bakar ash Shidiq di kamp pengungsi Jabaliya dan masjid al Istiqamah di kota Rafah,” tuturnya.

Khaled, yang kini dirawat di lantai empat bagian gawat darurat di rumah sakit Nasher, Mesir, dengan bercucuran air mata melanjutkan penuturannya. “Saya memiliki 9 anak. Saya tidak tahu nasib sebagian dari mereka sekarang. Meskipun salah seorang anak saya sudah menghubungi saya dan menenangkan saya soal mereka, namun saya belum mendengar suara mereka. Saya cemas mereka tertimpa bahaya,” ungkapnya sedih.

Mengenai perjalanannya hingga sampai ke Mesir dia mengatakan, “Saya tinggal di rumah sakit as Shifa di Jalur Gaza selama dua hari. Selama itu kondisi saya terus memburuk. Senin malam saya sampai di Kairo setelah diangkut mobil ambulan dari kota Gaza ke perbatasan Mesir. Kemudian mobil ambulan di perbatasan Mesir membawa saya ke rumah sakit Arisy. Dari sana saya dibawa ke Kairo karena saya sangat membutuhkan tindakan operasi cukup rumit.”

Para Dokter Menangis

Dengan suara bercampur cucuran air mata, Khaled menyerukan semua pihak segera membawa para korban luka agresi biadab Israel di Jalur Gaza ke Mesir untuk mendapatkan pengobatan. “Para dokter di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza menangir karena kengerian yang mereka saksikan dan sedikitnya kemampuan yang mereka miliki. Saya sampaikan kepada semua, rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza sama sekali tidak memiliki apa-apa untuk mengobati korban. Semua penuh dengan korban luka.”

Di kamar sebelah Khaled, berbaring rekannya bernama Syukri Muhammad Riyad, yang menuturkan kondisi kerja pegawai medis di Jalur Gaza. “Saya bekerja di departemen kesehatan pemerintah Gaza di kota Rafah. Saat saya melakukan tugas mengevakuasi korban luka, kepala saya kejatuhan bagian tembok yang roboh dan membuat jaringan mata saya terputus.”

Dengan sangat sedih Riyad menegaskan, “Korban luka di rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza tidak mendapatkan apa-apa bahkan sekadar tempat untuk meringankan rasa sakit mereka. Kami semua berharap derita sakit itu bisa berkurang dengan pengiriman korban luka ke rumah sakit-rumah sakit Mesir dan sampainya bantuan Arab ke Jalur Gaza.” Hingga Selasa (30/12), jumlah korban luka yang sampai di Mesir baru 36 orang, sebagian besar mereka dalam kondisi kritis, untuk mendapatkan pengobatan yang semestinya.

Korban Terus Bertambah

Sejak sabtu (27/12) siang jet-jet tempur Zionis Israel membombardir seluruh wilayah Jalur Gaza. Rumah-rumah warga, masjid dan fasilitas umum menjadi target bombardemen Israel. Hingga hari keenam, Kamis 01/01/09), jumlah korban gugur mencapai lebih 420-an syuhada dan lebih 2100-an terluka, 300-an di antaranya dalam kondisi kritis.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto/pic/fn)

Kubenamkan wajah ku pada kegelapan 20.08

Di sebuah ruang berukuran 1x 1 meter.Imajinasiku terluka membawa raga berlari dibelantara mimpi dan kemarahan. Plz .....jangan mengejarku lagi.Aku  lelah kau pasung di kastil itu. Aku ingin keluar dari hidupmu. Nisanmu telah ku buatkan, setelah seribu delapan ratus hari, kau kujaga dan kusematkan di hatiku...

Ijinkan aku menguburmu sayang…Dalam hitungan detik ini.Pergilah dari pikiran dan hatiku, jangan menghantuiku lagi. Kehadiranmu membuatku takut untuk menatap masa depanku.Bukankah kita berjanji untuk saling berpaling dan memilih jalan yang beda. Di ujung tahun lalu, kita sudah sepakat tak saling melihat dalam mata, batin dan hati yang terbuka. 

Aku ingin hidupku yang baru....

Januari Yang Rinai 

Kata dalam Kenangan 20.01

Entah berapa lama, aku berada di kastil ini 
bersembunyi pada ruang paling bawah
menjaga hati dan rasa agar tidak terlacak oleh Mu

Lalu kau datang dengan gampangnya 
Membuka pintu dan berkata...
" Mari memulai hidup baru "

Ya .. Tuhan.. apa kau tidak sadar..
seribu empat ratus empat puluh jam aku mengigatmu 
Dan Hari ini aku putuskan mengubur jazat dan rohmu".

Dan kau mengugat " Tapi nisanku ada di hatimu..

suaraku pun senyap.. hanya ada suara deru ombak 
Bodoh memang.. membunuhnya tapi tetap saja meritualkannya 
Dirimu tidak pernah pergi dalam imaginasiku..
Kuat dan berakar..

" Tinggal kan aku.. kisah lalu tidak mungkin jadi babak baru" 
Aku mulai merasa ada rinai di hatiku .. tak terlihat olehmu
tapi aku tau kau merasakannya... 

Lalu tanganmu menggenggam tangan ringkihku..
" Kau tak kan pernah jadi gadisku... ideologimu membunuhku.." 

Jumat malam , Duapuluh Tujuh Desember Duaribu Delapan  

Jurnalis Makassar 18.17

Tribun Ditunding Manipulatif. 07.51

Seperti biasa anas tempat kami berlabuh. Hal yang pertama ingin kutemui adalah Koran. Dan yang kucari pertama adalah Tribun. Wal hasil, berita tribun seperti yang kami harapkan. Mengenai sasaran . Jumadi menuliskan berita ekstrim lagi menyebutkan wartawan dilarang meliput oleh wakapolda,Brigjen Polisi Wisnu Amat Sastro. Di koran Sindo berita juga larangan wartawan juga naik. Hanya saja media Fajar tidak naik. 


Zena mengontakku . “ sudah baca Koran hari ini, “ 
“ Yach sudah, fajar yang tidak ada, “ 
“ Ada informasi baru, kapan kita rapat. Di mana posisi” tanyanya di ujung seluler.
“ DI anas, ketemu sini saja, “ 

Lima belas menit Zena datang dengan izur . Juga ada merah. Kami membahas berita hari ini, media apa saja yang naik. 

“ Tempat ini gak seteril ke Aji saja yuk, “ ajak ku.. “ Iya aku kan bilang dari tadi massege , “ jawab zena. 


Koran-koran memuat isi berita pelarangan koalisi ku robek setelah izin dari pada pemilik warkop. 

“ Pasti mau kliping beritanya, wartawan liput wartawan, “ ejek Anca sipembuat kopi. Aku tertawa menyiyahkan. “ Ada naik beritanya tadi malam kak, “ lapornya. 
“Oh yach, matilah si sisno, “ jawabku.. 

Setengah jam kemudian kami merapat di AJI. Tetap membuat realese up date perkembangan koalisi ke media-media. Aji Indo minta kronologis kejadian kemarin untuk di advokasi ke mabes. Kepala ku memet banget. Zena terpaksa membuatnya, kali ini kami minta komentar para tokoh dan NGO untuk mengomentari tentang aksi pelarangan kemarin. 

“ Kenapa fajar tidak masuk,” tanyaku pada merah dan Zena. “ Semalam itu aku mengirim ke milist kak sila dan faharuddin, jam delapan loh, “ 

“ Iya, saya juga heran. Karena sempat ja konta faha , pastikan itu berita. DIa bilang aman mi, “ timpal zena. 

“ Tidak kayanya ini fajar mulai di masuki, “ kata Merah. “ saya juga tanya kak sila, dia juga bingung ada apa. Padahal kemarin itu berita bagus. Jangan-jangan sisno sudah masuk pada tingkat elit fajar“ Analisa merah.

Selama ini yang getol memperjuangkan gerakan koalisi adalah kak uki Pimpred. Dan beberapa personal saja tidak secara kelembagaan fajar. Beda dengan tribun garis komandi Dahlan Dahi di amini oleh semua bawahannya. 


“ kayanya kak uki lagi di goyang, apalagi pemberitaan tentang plagiat tulisan westerling, “ analisis Merah. 

Sufriyansyah Latief kerap di panggil Uki, sedang berada di belanda. Hari ini di SDP fajar, Aan Mansyur menuliskan surat protes atas kutipan tulisannya lima paragraph yang diambil oleh uki dalam tulisan Westerling. Dalam SDP itu juga memuat jawaban Uki tetang alasan dan permohonan maafnya. Uki menegaskan dalam kutipan ini diambil setelah meminta isi ke Aan lewat internet sebelum menulis. Dia juga negaskan mengutif utuh lima parafgraf dan tidak memotong agar isi materinya lebih utuh jika terpotong inti sari cerita tidak akan utuh. Masalah plagiator kak uki sudah rame di Facebook sejak dua minggu lalu. Tentu saja menimbulkan pro dan kontra.  

Upi datang ke Aji. Kami membahas gerakan selanjutnya. Upi menelpon Aryo. Sebuah kabar mengagetkan kembali terdengar. Humas polda menyampaikan release ke sejumlah media yang intinya pemberitaan media tribun timur hari ini tidak bernar dan cenderung manifulatif. 

Tak berapa lama Aryo datang membawa release dari polda. 
“ Saya baca surat ini langsung jengkel. Apanya manifulatif, saya sms ke pak heri , “ ungkap Aryo kesal. “ tidak ada balasannya, nampaknya dia mem-fax ke semua redaksi, “ 

“ Coba kontak kak dahlan” usulku. 

Upi pun bicara dengan Dahlan. “ buat kronologisnya, tribun akan muat berdampingan dengan surat Polda, “ 

Kami mulai sibuk kembali. Di surat polda menegaskan bahwa kami maniplatif, apalagi di surat itu keberatan menyebutkan wakapolda melarang wartawan. 

“ Sekarang kita harus cari barang bukti, sapa yang merekam pernyataan petugas jaga bahwa wartawan dilarang masuk,” tanya Aryo. 


Semuanya mulai bekerja mencari rekaman teman-teman. Merah mengontak kawan-kawan yang punya barang bukti. Aku kebagian mengontak anak tv untuk memastikam mereka memiliki rekaman itu. Rekaman ivan Antv dan ichal RCTI ku dengarkan tapi tidak ada menangkap pernyataan itu. Beruntung kami menemukan di rekaman Eki stringer SCTV.

“ Top.. kami sang penyelamat Eki, " teriak kami.Ada rekaman yang mengatakan kami di menjalankan perintah atasan dan pernyataan penegasan Jumadi bahwa dilarang wakapolda dan Kapolda. 


Aryo kebagian membuat kronologis. Zena membuat berita dan release ke media dan pernyataan sikap AJi. “ ini sapa yang komentar, dan apa yang bagus kutipan, “ tanya zena.

“ Gini zen, kutipan kamu, pernyataan petugas menjalankan perintah atas saat kami berunjuk rasa, “ usulku. Isinya buat ekstrim. Jangan kak fadli, khawatirnya kutipan dia tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak ada ki disini. “ Kamu saja Zen, “. Zena mengangguk setuju. Setelah kelar semua kronologis dan berita realese di email ke semua media sindo, fajar dan tribun. Berita bagus hari ini, meski fajar tidak memuat berita peristiwa kemarin, namun kali ini akan dimuat berita up datenya... Pelawanan masih terus bergerilya..

Adu Strategi Menuju Markas Musuh 07.49


Demi Harga Diri. Hari mulai terik setelah hujan menguyur Makassar semalam . Satu persatu berdatangan ke Warkop Daeng Anas. Tempat ini, menjadi tempat berlabuh dari berbagai komunitas. Ada wartawan, intel polisi, PNS kantor PU yang jaraknya hanya 20 meter dari warkop, komunitas politik. Semua tumpah ruah di warkop Daeng Anas.Hari ini yang mendominasi adalah wartawan dan Intel polisi…


Senyum kami kerap mengembang bahkan cenderung mengejek. Wartawan memang suka bising, mo aksi saja rebut, hingga intel memasang telinga dengan baik. 

“ Punya chas HP “ tanya seorang berbaju putih kekar rautnya tak ku kenal bertanya pada Herwin. Belakang ku tau mengetahui dia itu intel, setelah dia bergabung dikomunitas intel .
 
Erwin berbisik “ Mer, omongan teman-teman di sadap, “Matanya melirik ke jendela terali tempat Hp berada.. “ Ati-ati bicara “ .. Kami mengikuti arah mata Herwin. Dengan iseng, ku cek Hp yang terchas , pura2 melakukan adegan yang sama.Benar juga sambil chas HP alat rekaman juga di aktifkan..

Oeh.. hari ini kita jadi kan demo kapolda, “ ujar Merah dengan suara lantang. Disambil teriakan setuju dari beberapa wartawan. 

Kami mulai menunggu teman-teman berdatangan . Padahal sesuai janji, harus berangkat jam 11.00.Flaxiku bordering. “ Hallo, jam berapa berangkat ? “ suara Upi 

“ Belum tau kak, ini masih nunggu teman-teman dan kak dahlan,”  

“ jangan lama, khawatirnya tidak bisa masuk. Sebagian wartawan sudah ditahan di gerbang. Infonya mahasiswaku, “ 

“ kak upi bicara sama merah “. Flaxiku ku serahkan ke Merah. Tugasku mengontak teman-teman yang lain.Kak dahlan datang. Tanpa baju hitam. Padahal sesuai dengan massege ke teman-teman tadi malam, hari ini memakai baju hitam –hitam tanda berkabung. 

“ Tidak ada baju hitamku, “ kak Dahlan menjelaskan sebelum ditanya. Dahlan Dahi adalah pimpinan redaksi harian tribun timur. Sejarahnya, dia aktifis wartawan Makassar bersama Sufriyansyah S. latief Harian Fajar, Lily Farid sekarang di NHK jepang, Husain Abdullah RCTI, Abd Haerah Tribun Timur, Herman Hafsa Metro . Kini generasi sudah beralih. Dan kamilah pemegang tonggaknya. Beberapa kasus telah dicoba di litigasi dan non litigasi. KAsus inilah yang terberat.

Suara nada panggil milik Erwin. “ bentrok di umi, “ Sms tertara di layar. Seperti lebah mengejar mangsa, wartawan berhamburan dan lari tunggang langgang dgn motor. Naluri jurnalisku juga memicu untuk berlari. “ Ivan kamu kesana, sekalian  

“ Benar ndak, “ tanyaku menatap merah. “ mana kutau, kamu punya jaringan Umi, “ balas si big merah. 

Tombol ku pencet, dua tiga nomor baru dari mahasiswa UMI, baru dapat data valid. “ Zero, isyu menyesatkan mer, “ 

“ Kayanya pengalian isyu, “ kata kak dahlan. Kak dahlan adalah pimpret Tribun Timur. Saat, pernyataan sisno akan mempidanakan wartawan, kak dahlan bersama kak Uki Fajar menjadi motivatir kami untuk melawan. 

“ Kerja-kerja intelegen… jangan terpancing, “ katanya lagi. Aku dan merah tertawa, namun sempat khawatir juga, kalau bentrok benaran , gak dapat gambar bisa berabe deh.. Di mana-mana TV itu gak akan memberikan maaf pada kontri yang hilaf meliput bentrok atau peristiwa besar dan konflik fisik. 


“ Kerja-kerja intelegen… jangan terpancing, “ katanya lagi. Aku dan merah tertawa, namun sempat khawatir juga, kalau bentrok benaran , gak dapat gambar bisa berabe deh.. Di mana-mana TV itu gak akan memberikan maaf pada kontri yang hilaf meliput bentrok atau peristiwa besar dan konflik fisik. 

“ kak.. teman-teman itu dilarang masuk ke Mapolda, “ Merah memberitahu.

“ Bagus itu, bisa jadi berita, “ ujat Dahlan. Teori bad news good news nampaknya masih berlaku . Selain itu, kata Dahlan, ini akan menguatkan posisi lemahnya kapolda telah melakukan pelarangan terhadap wartawan.  

“ Oke kita atur de, “ Merah menawarkan.

“ Yah.. sudah kita kerjai de, strateginya gimana, “ tanyaku… “ Kamu ada, “ balik nanya merahnya. 

Suara Faxi berbunyi kembali. “ Hallo, iya iwan ..Gimana ? tanyaku menyimak. Iwan mengabarkan bahwa situasi di Mapolda, ada beberapa wartawan tertahan di pintu masuk. Iwan lolos kedalam 
“ Bilang mau ketemu Humas Pak Hery, ada 18 anggota DRRD Sulbar dilaporkan oleh tim kuasa gubernur Sulbar Adnan , “ Iwan menawarkan solusi. 

Selain kasus pemanggilan Upi, kasus lain yang menarik adalah konflik fatwa MA yang snegketa pilkada. Hasilnya, gubernur Sulbar terpilih Anwar Adnan Saleh, terbukti melakukan money politik dalam pilkada tahun 2006 lalu. Fatwa itu memicu putusan 18 anggota DPRD Sulbar mengeluarkan surat putusan memberhentikan Anwar untuk dig anti dengan Salim Mengga, kandidat yang lain. 

Aryo dan Irma datang.Namun mereka memutuskan berangkat naik motor. Dahlan,Merah,Boim, Hendra Fajar TV dan aku di mobil tribun.

HP ku pencet. Menyampaikan pada Rizal Randa wartawan Sun Tv jaringan tiga station televise dibawah bendera MNC group, yang berangkat dengan teman-teman. Perihal kondisi terakhir dan alasan liputan tersebut. Rizal Randa memang ingin ke Mapolda untuk wawancara perihal kondisi Sulbar dinilai rawan pasca putusan 18 anggota DPRD pemberhentian gubernurnya. Penugasan dari kordanya Asrul Sun Tv. 

“ Mer, bagaimana kalau kamu yang ngamuk di Mapolda, “ tawarku. “ biar seru, “ 

“ Jangan saya boz, kita ini sudah berkeluarga. Yang belum menikah saja, tidak ada beban, “ merah tertawa. Diantara kami berlima, hanya Aku dan Boim masih status single. 

“ Lebih bagus Ana yang marah, nyaring teriakannya dna ekspresif, “ kata Hendra. 

“ Iya Ana, kamu kan tukang dobrak . Sudah beredar surat edaran di cari wartawan yang menendang tulang kering polisi dengan sepatu cakarnya, “ Merah mulai berulah lagi. Tragedi menedang tulang kering itu terjadi saat demo di Mapolda pada saat pemanggilan pertama Upi sebagai tersangka. Aku sempat memberikan stempel sepatu merek commando ke tulang dan kaki polisi jaga. 

Demo itu sempat ricuh, karena wartawna dilarang masuk ke Mapolda demo, namun kami berhasil menerbos masuk sampai dorong-dorongan dengan petugas jaga. 

Dahlan tertawa, “polda ini salah langkah. Tertahan itu makin menguatkan Sisno anti kriminalisasi pers. Sekarang melarang wartawan meliput itu salah, “ ( mer.. tolong ingatkan teks apa lagi ..) 

Puluhan Petugas Jaga siaga. Lalu lintas di gerbang normal. Para pengunjung hilir mudik tanpa halangan. Eki masuk melewati pintu gerbang menuju ruang Reskrim Polda. Suasana masih sepi, Eki melihat jam tanganya, waktu masih pukul 11.00 wita, upi dan rombongan belum jua datang. 

“ Lebih baik menunggu diluar, sapa tau ada apa-apa, “ bisik hati Muzakkir Akib yang dipanggil Eki. Di pintu gerbang, Eki melihat wartawan TV one Nur sempat berdebat dengan petugas jaga. 

“ saya wartawan pak!, “ Nur megeluarkan kartu identitasnya. 

“ Tidak bisa, kami tunngu di luar saja, “petugas tak kenal kompromi. 

Nur mengundurkan langkah keluar gerbang. Secara naluri, Eki pun keluar . 

Pukul 12.10 wita, jumadi , wartawan tribun datang. Melihat teman-temannya hanya berdiri di gerbang, istingnya berbisik. Motor jumadi mendekati Eki, “ ada apa ?” tanyanya. “ Gak bisa masuk” . Keduanya pun berbisik. 

“ Oke,” ujar Eki. 

Pelahan motor Honda fit ZR mendekati gerbang yang terbuka setengah. Beberapa kendaraan masuk tidak tertahan. Kali ini Jumadi mendapat perlakuan istimewa. 

“ Mau kemana ? “ tanya Eko, polisi jaga.
“ Ke dalam polda pak, “ jawab Jumadi. 
“ Dari wartawan kah !” 
“ Iya pak, “ jawab Jumadi.
“ Tunggu di sini di, “ kata Eko menunjuk luar pagar. 

“ Kenapa di larang masuk? “ jumadi tak terima. Kesal dengan ulah penjaga, perlakuan ini tak pernah diterimanya. Selama posting di polisi, tak pernah ada larang bergitu ekstrim. Bahkan alasan masuk ke Mapolda karena dia adalah wartawan. Bah…

“Kenapa dilarang masuk, Biasanya tidak dilarang, “ 
“Memang perintahnya begitu pak,sementara” Eko sambil memutar-mutar badannya gelisah. Dua polisi yang lain merapat.
“Sapa yang memerintahkan, “ Jumadi memburu pertanyaan Eko.”Pak kapolda? “ 
“ Saya hanya menjalankan perintah saja,”

Idris petugas polisi yang lain mendekat. “ Kalau wartawan kepentinganya apa? “ Idris melunak .
“ Banyak pak yang mau di wawancara di dalam, wakapolda atau kapolda yang perintah kan di larang, “.
“Wakapolda” idris menjawab lemah. Namun suara itu terekam di kamera Eki.” Wakapolda pak di, ‘ ulang Jumadi. Merasa tak ada gunanya dan cukup bahan Jumadi memutar motornya.,sedangkan satu motor zuzuki merah masuk tanpa halangan. 

Meski dilarang masuk. Jumadi, Eki dan Ancu TV one dan mahasiswa Upi tetap bertahan di pintu masuk
Satu persatu.Para penjaga pun siaga. Ada yang menjaga gerbang, mengamati tingkah lalu waratawan dan ada juga yang spesialis menanyakan keperluan siap kendaraan yang masuk.

Begitu wartawan mulai berdatangan, pintu pun di perciut. Jalur terbuka hanya berukuran setengah meter dari luas gerbang 4 meter.  

Mobil tribun merapat mendekati pagar yang terbuka setengah. Seperti kami duga, larangan berlaku buat kami meski kak dahlan sudah mengatakan akan bertemu dengan Hery Saban Sauri Humas Polda. Tetap saja tak bisa. Dahlan langsung merapatkan mobil ke tepi trotar , kami turun dan bergabung dengan yang lain. Dahlan merapat ke pintu untuk negosiasi, pintu makin diperkecil.Secara naluri semua wartawan merapat dan sebagian mulai menjalankan tugas liputan. 

“ Beritahu kami alasannya apa tidak bisa masuk, “ tanya Dahlan. “ teman-teman mau meliput ,apa tidak boleh” kata Dahlan. “ Panggil humas mu ato sapa yang bertanggung jawabkita bicara di sini, “ . Tapi petugas tetap saja dengan argumennya dan tak bergeming melebarkan pintu. Negosiasi mengalami kebuntuhan. Suasana hati mulai panas. Beberapa wartawan berteriak memaksa . 

“ Kenapa tidak boleh masuk, ini pidana pak tidak boleh meliput itu pidana..” Aryo mencoba menakut-nakuti petugas . “ Sapa yang melarang, sekalian kita laporkan saja kalau begini caranya, cari wakapolda minta keluar stegmen disini , “ 

Penyakit kecil kambuh lagi, manjat di pagar dan teriak, “ Ayo keluar hadapi kami, mana pak Heri itu, “ teriakku. Sialan, dasar wartawan kamera mengarah ke aku. Tangan petugas menyuruhku turun . Dari dalam kami melihat pak Siswa bagian kehumasan merapat ke pagar. 

“ Pak siswa, bagaimana ini.. kami datang meliput kenapa dilarang, ayo apa alasannya, “ suara wartawan yang marah saling menimpal. 

“ Kalau meliput, saya rasa tidak, “ ujar siswa. Suara bisikan dari prajurit membuat siswa balik terdengar laporan bahwa larangan masuk karena wartawan akan demo. 

“Dilarang itu demo, “ 
“ Tidak ada demo pak, “ suara wartawan serempak. 
“kami paham kalau mau demo ada surat pemberitahuan, “ kata Herwin. “ ini mau liputan, “ 
“ Lebih parah lagi kalau kita ngumpul di sini, ‘ Hendra menimpali. 
“ Tadi ada laporan Sulbar kita masih tertahan, tidak demo kok pak.. gak bawa perangkat aksi kita, “ kataku. 

“ Meliput bisa, coba saya tanyakan kedalam dulu” Pak Siswa berlalu menuju gedung besar Mapolda. Suasan mulai lebih rileks. Penyakit gila foto kembali kambuh. AKu dan merah narsis gaya lagi, di balik gerbang . Sejumlah jurnalis foto dan tv mengabadikan. Lebih ekstrim lagi maman Sindo kami bergaya seperti orang terapasung dan cenderung akan mendobrak pagar. Reka moment. Sekali sekali kami berdua merayu pertugas jaga. Iwan datang bergabung.Sebelumnya dia sempat lolos masuk kedalam dan mengambil tiga secand gambar. “ ada ji gambar nya kak upi masuk . Pas di dalam ruangan dilarang ma ambil dan diusir, “ bisik iwan padaku.

“Swttt.. pak Eko kok loyo, eksen dong pak, “ teriak ku menggoda saat Eko akan di jepret fotografer. 
“ Ada kantin di dalam gk pak, “ kata merah sembari memegang perutnya. “ Sambil nunggu izin bagus kita makan-makan dulu did alam.. bagamana to pak, ‘ Tanya Merah ke pak Idris.
“ Saya mo shalat pak, ada musallah to .. “ tunjukku. Polisi tak juga bergeming, padahal jam 13.00 wita. “Bapak akan masuk neraka karena melarang orang shalat, “kataku lagi.. Tetap aja tidak bergeming. 
Aku dan merah menyerah, kehabisan akal. 

Aku mengontak jaringan AJI Indo dan AJI Jak juga mengabarkan kondisi pelarangan liputan. 
“ Jangan salahkan polisi melarang kita, karena hanya menjalankan tugas atasannya. Lawan kita adalah Kapolda’ teriak Jumadi sambil menunjuk kea rah Gedung.” Kapolda yang mengusir kita,kapolda yang harus tinggalkan Makassar, “ 
  
“Lima menit tidak ada jawaban, kita pulang, Kapolda sudah melarang kita meliput disini, “ peintah Jumadi membuat wartawan menjauhi pintu gerbang.

Wajah petugas mulai tegang. Mereka mendekati gerbang yang terbuka hanya 30 meter. Kami masih saja iseng menggoda orang yang akan keluar. “ Manjat ki, tidak bisa masuk, “ teriakku..Merah mulai di wawacarai oleh radio Suara Celebes FM. 

Tiba-tiba ada pasukan dari arah kiri sekitar 200 meter terlihat olehku..

“ Ada pasukan, oeh maju, “ tantangku sambil lompat-lompat.. Yang lain pun merapat dan teriak. Merah dan Herwin pun heboh. “ ayo maju… maju..” 

Melihat reaksi wartawan, pasukan Huru Hara bersenjata lengkap berjumlah kurang lebih 30-an pun mundur dengan sendirinya. Kami tertawa, pasukan huru- hara hanya diterjungkan kalau kondisi mulai panas. Biasanya pasukan huru-hara turun jika terjadi kekacauan contohnya dalam aksi unjuk rasa dan bentrokan missal. Kini, nyaris saja menghadapi wartawan yang mengadalakan pena, kamera foto dan camera video,. Sungguh lawan yang tak seimbang.  

“ Mau shalat dulu pak di Musallahnya pak, “ Merah berteriak lagi… “ Iya mau shalat, sahut yang lain 

Pak siswa keluar lagi, sebagian berkerumun lagi. Sebagian wartawan melaporkan ada pasukan huru hara yang akan mengamankan wartawan. 

“ Bukan itu dari polsek, “ ujar Siswa menenangkan suasana. 
“ Mana ada pasukan huru hara dari polsek, siapa yang mau di hadapi .. kami” teriak wartawan lagi. 
Tangan siswa meminta wartawan tenang. “ Tidak dilarang, kalau mau meliput silakan saja.Tadi itu ada informasi bahwa wartawan akan demo, “ 
“ Kalau ada demo ada perangkat aksi, “ Hendra menegaskan . “sapa yang melempar isyu ini harus juga diusut, “ tegas Hendra. 

“Tidak ada pelarangan, infonya ada mau demo, “ 
“ Buktinya kita ditutupkan pintu. Mulai satu terus dua orang,sampai lima orang. Kalau mau demo ada surat izin dan ada atribut , “ katanya. 
“Semua kan begitu pintu ditutup.Kan ada isyu akan datang wartawan mau demo, sudah silakan masuk, “ katanya. 

Negosiasi buntu. Siswa tak bisa meredam marah wartawan. Kami serempak meninggalkan lokasi, sebelum beranjak. Siswa sempat mendekati mobil dan berbicara dengan Dahlan.
 
“Tidak dilarang masuk, hanya saja salah informasi“ Siswa berupaya menjelaskan. 

“Sudah lah pak, bilang sama pak Hery kalau dia butuh kami dia telpon terus menerus dan kami layani dengan baik. Giliran kami butuh dia tidak keluar temui kami lagi. Bilang orang tribun tidak akan menghargai dia lagi, “ Dahlan berkata dalam marah sambil menunjuk kearah dalam. 

Siswa hanya bisa tersenyum kecut. Kami tau, perasaan pak siswa tentu tak enak.Selama ini hubungannya dengan wartawan baik. Namun perintah atasan tak kuasa ditolaknya. Pak siswa pernah satu hari mengeluhkan pada kami, lebih baik pindah tugas saja dari pada menanggung beban dilemma. Sisi lain berkawan dengan wartawan sementara kepingan lainya tak kuasa melawan perintah atasan. Korps , salah atau benar, komandan harus dibela kehormatannya. 

Sepanjang perjalanan kami tertawa. Pengalaman ini lucu dan seperti diharapkan. 
“ Sisno tidak akan bisa tenang ini liat berita besok, “ kata Dahlan. “ Tidak mau mi sisno baca Koran”
“Sudah mi headline di semua Koran, “ sambung merah. 
“Dan tayang disemua tv, dia matikan juga tvnya, “ tambahku. Kami mengolok-olok sisno membayangkan menjadi autis terhadap media massa. 

Pukul 15.45 (cek ulang waktunya) wita, detik.com menaikkan berita tentang pelarangan wartawan. Perihal pelarangan pun tersiar ke sejumlah jaringan dan wartawan tempat kami bekerja. Kami hanya rehab sejenak di warkop daeng anas. Aku dan merah menerima pesan yang sama dari upi yang mengabarkan pemeriksaan nya telah selesai. 
“ Ada berapa pertanyaan kak ? “ kataku di telpon. “ Hanya tiga pertanyaan setengah jam saja, “ jawabnya . Tak lama kami bertemu di warung kopi anas bersama tim pengacara. 

Menurut Upi, pertanyaan itu masuh seputaran tambahan saja..( lupa ka.. ini harus ku tanya ulang sm kak Upi.

Kesibukan kami meningkat. Di Aji aku membuat realize untuk di kirim ke media terkait pelarangan wartawan meliput di Media. Aku mengontak mas item, dia minta tuk dikirim ke milist Aji saja. Suasana dia Aji makin sibuk dan rame. Kepala ku makin puyeng, bebannya makin berat. Aksi hari ini akan member dampak yang besar di kemudian hari. Perlawanan kami akan teruji oleh waktu, sisno seakan tak jera menyerang kami. 

Surat Tersangka Datang Lagi 06.40


Pukul 13. 24 Wita 


Diantara riuk. Suara penghuni warung Kopi daeng Anas bising. Terletak di jalan Pelita, hanya tiga rumah dari pojok jalan pertigaan jl .A. P. Petarani – jl. Pelita. Lokasi ini sangat strategis, itulah sebabnya wartawan memilih berlabuh sebelum dan usai meliput. Telpon selurerku berbunyi. Nama Upi Tertera dilayar “ Ada surat penggilan ke duaku itu, antar tadi. Senin saya di suruh menghadap “ Upi member itahukan kondisinya.  

Upi Asmaradana adalah Koordinator Koalisi. Surat itu adalah pemanggilan tersangka yang ke dua kalinya. Surat itu datang sebagai sikap Polda menjawab ulah wartawan yang enggan hadir ke Mapolda terkait surat pemanggilan sebagai saksi dalam kasus tersangka. Ke empat wartawan itu, tidak hadir. Tentu ini membuat Sisno gerah dan memerintahkan bawahannya untuk mempressure Upi. 

Entah secara naluri, sms dan telpon berantai dari anggota inti koalisi. Kami pun saling konsolidasi via telpon dan sms. Bahkan gagasan dan kecemasan pun menjadi pembahasan kami jarak jauh. Hari itu juga upi kemudian konsultasi dengan tim pengacaranya. Hasilnya akan menghadiri pemanggilan itu hari senin didampingi pengacara. 

====

MInggu, empat belas Des Dua ribu delapan

Minggu masih berkabut. Azan subuh membangunkann ku dari tidur. Semalam tidurku agak nyenyak, meski pikiran tentang surat juga menyita. Rasa khawatir tidak begitu lama hinggap, mungkin kami melalui andrenalinya beberapa bulan lalu ketika surat pemanggilang upi sebagai saksi, kecemasan tak terhingga. Usai shalat Subuh, Internet ku buka, mencari Blog http://deadline-asmaradhana.blogspot.com/... 

Kutemukan surat itu yang di sadur Upi dari aslinya tanpa mengurangi teks-teksnya. 

Sabtu, 2008 Desember 13
SURAT TERSANGKA LAGI! 

JIKA INGIN berbagi, sebenarnya tak perlu orang itu kaya. Soalnya uang bukanlah segalanya. Uang malah kadang membuat kita sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi sebenarnya tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi.Kita bisa berbagi tentang apa saja untuk kebaikan...Millions Movie

SIANG INI, 13 Desember 2008, sekitar pukul 13.30 WITA, Surat panggilan tersangka kembali saya terima. Padahal, semalam, saya baru membuat agenda untuk liburan ke sebuah tempat."Apalagi yang diinginkan," gumamku.

Surat ini teramat istimewa, karena diantar langsung AKP Anwar Ketua Tim Penyidik Polda Sulsel, yang selama ini memeriksa saya, baik sebagai saksi, maupun tersangka.

Ia datang dengan sebuah surat Surat bernomer No.Pol: S.Pgl/780/XII/2008/Ditreskrim
Bunyinya seperti ini:

Pertimbangan: Bhw untuk kepentingan pemeriksaan dlm rangka penyidikan
tindak pidana, perlu memanggil seseorang utk didengar keterangannya.

Dasar : 1.Pasal 7 ayat (1) huruf g, pasal 112 ayat(1)dan ayat (2) dan
pasal 113 KUHAP
2. UU RI No.2 thn 2002 ttg Kepolisian Negara RI
3. Laporan Polisi No. Pol : LP/57/VIII/2008/Ditreskrim,tgl 1 Agustus 2008

Untuk : hadir menemui penyidik AKP Anwar H.SH di ruangan 107 Dit Reskrim Polda Sulsel di jalan Perintis Kemerdekaan Km 16 Makassar, 
pada hari Senin,tanggal 15 Desember 2008
pukul 09.00 WITA , 

untuk didengarkan keterangannya sebagai TERSANGKA, dalam perkara tindak pidana mengadu secara memfitnah dan/atau memfitnah dengan tulisan dan/atau menghina suatu penguasa atau badan umum yang ada di Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam rumusan pasal 317 ayat (1) dan/atau pasal 311 ayat(1) dan/atau pasal 207 KUHPidana

Makassar, 12 Desember 2008
Direktur Reserse Kriminal Polda Sulsel
Wadir
Kabag Analisis
Selaku Penyidik

Mansjur SH, SK
Ajun Komisaris Besar Polisi NRP 70060196 

Perhatian : Barang siapa yang dipanggil dengan melawan hukum tidak
menghadap setelah dipanggil menurut UU dapat dituntut berdasarkan
ketentuan pasal 216 KUH Pidana

***********
INI surat yang kedua, yang saya terima sebagai tersangka.Entahlah tak ada reaksi apapun yang saya berikan kepada AKP Anwar. Saya hanya berujar, sebagai warga negara yang baik, saya akan mematuhi semua prosedur hukum yang telah ditetapkan.

Surat ini sebenarnya, hanya berselang beberapa jam, pasca tak hadirnya empat orang jurnalis dari Harian Fajar dan Sindo Makassar, untuk diperiksa Polda terkait berita yang mereka tulis.

Diposkan oleh upi asmaradhana di blognya. 

============
Aku bergumam.. …

 TUhan jangan padamkan perjuangan kami … meski tumbalnya terlalu besar, “ 


Kontak Sembilan otak koalisi “ Rapatkan barisan, atur strategi untuk pemanggilan upi. JIka sepakat rapat di AJI jam 4 sore ini, “ 

Kami bertemu minggu sore di secretariat AJI Makassar . Hanya ada aku, merah,upi, aryo dan icha. Sebagian absen dengan berbagai alasan. 

Hasil kesepakatan, upi berangkat di temani pengacara dan kawan-kawan jurnalis tidak berunjuk rasa . 

“ Hanya aksi simbolik yakni memakai hitam-hitam saat mengantar upi, “ usul Aryo..

Hari itu , kami memutuskan untuk shoff force..menunggu reaksi…Sebelumnya kami membuat pernyataan sikap dan di realease di berbagai media. Aryo buat naskahnya , merah dan k’ upi bagian mengontak jaringan. 

“ Besok beritanya sudah ada Majalah Tempo, “ Upi mengabarkan berita baik. 

“ top deh kak Upi, “ ujar ku senang. 

“ kak upi wartawan kedua setelah saya yang dimuat di tempo, “ kata Iwan. Iwan taruna pernah menjadi berita saat kasus Memoar. Makassar April Berdarah. Penyerangan kampus UMI oleh aparat polisi tahun 2004 bulan April. Penyerangan ini dipicu oleh aksi demostrasi gabungan mahasiswa gerakan di KPU Sulsel. Aksi pembakaran baju militer membuat sejumlah mahasiswa di tangkapi. Mereka yang selamat melarikan diri ke kampus mencari pertolongan dan massa. Mahasiswa UMI yang ikut aksi mengerahkan massa dengan berorasi di depan jl urip sumoharjo. Aksi ini menahan polisi yang bernama sudirman saat melintas di depan kampus UMI . 

Mahasiswa menahan polisi sebagai jaminan atas penahanan belasan mahasiswa kala itu. Polisi marah dan menyerang kampus UMI secara membabi buta. Kala itu sejumlah wartawan termasuk aku yang masih bekerja di radio Elshinta meliput peristiwa itu. Aku live selama penyerangan berlangsung tanpa henti dan memicu kosntalasi media tv nasional yang intens mendengarkan perkembangan dan peristiwa di berbagai daerah lewat koresponden radio Elshinta. 

Sikap penangangan membabi buta, terekam oleh media tv termasuk Iwan taruna Wartawan SCTV. Gambar brutal pun ditanyangkan. Dampaknya institusi kepolisian dipermalukan. Irjen Pol. Yusuf Manggabarani sebagai kapolda saat itu mempertaruhkan jabatannya. Sejumlah polisi diperiksa. Dendam pun membara dikalangan wartawan dan polisi. Iwan Taruna di kejar oleh polisi sampai ke Jakarta. Berota Iwan memicu reaksi nasional.

“ Untung kak Upi yang dia hadapi, “ kata Iwan. Kalau yang lain mungkin tidak seberani itu melawan sisno” 

“ Yah.. untung kak Upi, kapolda dapat lawan sepadah. Ini saja wartawan yang dipanggil sebagai saksi sudah pias. Bagaimana kalau berhadapan ? “ tambahku..

Upi adalah pribadi yang konsisten dank eras dalam prinsip. Wartawan yang sudah kutu loncat di berbagai media tv ini tidak kenal kompromi kalau menyangkut masalah prinsif dan kebenaran subjektifnya. Meski dia harus keluar dari tempat kerjanya. Sebelumnya dia pernah bekerja sebagai koresponden jakarta post, TV 7 yang berganti nama menjadi trans 7, global Tv dan terakhir Metro tv. Semasa kuliah pernah magang di SCTV dan ANTV. 

Hanya saja, perjalanan sebagai jurnalis terpotong. Upi dipaksa mundur oleh petinggi-petinggi Metro karena melaporkan Sisno Adiwinoto ke dewan Pers, KOmnas HAM, Kampolnas dan Mabes. Situasi ini memicu reaksi wartawan AJI Indonesia dan IJTI.Juga Sisno sebagai pihak yang dilaporkan. Sisno mampu melakukan apa saja, termasuk menendang upi dari Metro Tv. Sebagai kabid Humas Mabes Polri tentu punya jaringan dengan petinggi-petinggi media, termasuk Metro.  

Sisno memang dikenal sebagai sosok keras kepala dan berkarakter. Saat menjabat di Polresta Bandung, gesekan dengan wartawan juga kerap terjadi. Bahkan di jakarta pun Sisno bikin ulah dengan wartawan. Bedanya, di Makassar kami terang-terangan melawan kebijakan Sisno. Beda di dua daerah diredam gerakan wartawannya.(Data tentang Sisno masih di telusuri.Jejak Sisno ) Itulah sebabnya Leo Batubara Dewan Pers mengacuhkan jempol terhadap wartawan Makassar khususnya mereka yang bergabung dengan Koalisi. “ Saya suka kamu dari Makassar melawan.. terus lawan itu sisno. DIsini (jakarta red) tidak ada yang berani, “ Kata Leo pada suatu ketika saat Upi melaporkan Sisno ke dewan pers di Jakarta dan saat Pak Leo batubara bertemu dengan kami dari koalisi saat melakukan kunjungannya di Makassar.

Aku lapor mas Item Aji. “ P’ item lapor, besok Upi diperiksa dan akan datang.. tolong di pressurenya.. Aji-aji kota tuk melakukan gerakan simbolik pakaian hitam-hitam. N ‘ disampaikan pada teman wartawan yang posting di Mabes tuk menanyakan sikap mabes mengenail kasus sengketa pers di Mksr,” 

“ Ok… saya akan sampaikan ke kawan-kawan,Semangat berjuang . Aji ada bersama kalian, “ ujung suara berat disana menyemangati. 

“ Ada harapan Untuk Esok “  

MInggu, empat belas Nov duaribu delapan.. 


Ayahku Pun Cemas 06.37

Pagi dibawah mendung.Waktu seakan tak lari, kegelapan seperti menyelimuti bumi.Jam dinding berdetak delapan kali. Lelah tubuh belum jua usai, sejak semalam begadang hingga shalat subuh. Perlahan pintu berdesis dan langkah kaki pelan mengarah ke jendela kamar. Aku bisa merasakan gerakan ayahku . 

“ Apa kamu tidak takut di cari polisi, “ suaranya serak.

Alam bawah sadarku menghentak bangun. Kami saling pandang dalam tatapan kasih. AKu tahu maksud ayahku. Ketika aku mulai memilih jalur perlawanan , suatu ketika pernyataan itu akan terlontar jua. Hari ini adalah tepatnya dan itu dari ayahku. Tangan kanannya menyerahkan koran. 

Perlahan kubaca halaman Nuansa Harian Fajar. Meski aku tahu isinya, sebab semalam aku jua menyalinnya dan merilis ke Harian Tribun dan harian fajar . Gara-gara kasus kriminalisasi pers yang makin memanas, tidur pun mulai berkurang, bahkan begadang sampai shalat subuh usai. 

“ Dunia wartawan itu penuh dinamika , nyawa bahkan jadi taruhannya.Itu saya menjalani selama delapan tahun. Hari ini jika tuhan mengariskan takdirnya, saya harus menjalani masa sulit itu. Jalan itu harus kutempu AYAH, “ kataku pada ayah. Tarikan nafasnya terdengar berat. 

“ Takdir tak bisa ditolak, cobalah menghindari sesuatu yang menyakitimu, Nak” Kata Ayah dan berlalu. 

Aku diam . Mengerti maksudnya. Bisik hatiku menegaskan tak akan tunduk pada pintanya. Aku paham kecemasannya. Sebab kedua orang tuaku kerap kali menanyakan perkembangan kasus dalam diskusi kami. Mereka sering memantau perkembangan sengketa pers antara kapolda dengan wartawan. Ayah juga tau kenapa Upi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pencemaran. Tanpa ku tanya itulah jawaban kecemasannya. Baginya ada dua alasan penting. 

 Pertama melihatku menata fase kedua tahun depan. Keluargaku sudah mulai membincangkan dalam setiap even keluarga. Entah mengapa, aku tak bergeming bahkan beku. Ada kisah yang tak tuntas meski nisan dan sejarah diri seseorang telah ku kubur. 

Ayahku selalu bangga pada putri keduanya yakni Aku. Setiap kali namaku di sebut presenter ANTV dalam pemberitaan, ayah sering mengabarkannya padaku dengan rasa bangga. Sebab nama ku di ANTV singkat ANA RUSLI.. Rusli adalah ayahku yang bernama lengkap Rusli Halim. Untuk level saat ini aku diantara empat anaknya bernilai guna. Sakin bangganya dia kerap menyanjungku di kawan-kawan se usianya dan juga keluarga besar kami. Karena aku sangat menjaga pencitraan dan rasa bangga itu. 

Alasan kedua, ayah ku ingin cita-citaku terwujud. Melanjutkan studi untuk menopang karir. Bila Ilahi Rabbi mengizinkan, tahun depan akan melanjutkan study di suatu tempat. Jika aku berjodoh dengan impianku..aku akan melanjutkan ke Jepang study animasi, bisa jadi ke Iran ktemu dengan Ahmadineja .Mungkin juga ke Amerika ikut JEFFERSON FELLOWSHIP PROGRAM….(AMIN) … 

Namun semua bisa renggut. Dalam ketidak pastian perseteruan antara Kapolda Sulselbar Irjen Pol Sisno Adiwinoto dengan Koalisi Jurnalis Tolak Kriminalisasi Pers kordinator, situasi makin memanas. Sisno makin hari makin berulah. Senin lalu, empat wartawan yakni Muchlis, Herwin Bahar keduanya dari fakar group dan A. Amriani dan Ichsan dari harian seputar Indonesia. Mereka di panggil sebagai saksi dalam kasus pencemaran nama baik yang di laporkan Sisno . Beruntung mereka menolak datang pada hari Jumat sesuai dengan jadwal surat.

Hampir enam bulan kami menjalani hari dan melawan polisi berbintang dua itu. Dan semakin hari tegangan perseteruan ini makin tinggi. Sisno nampaknya tak lelah mengejar jurnalis. Bahkan dengan mudanya dia memecah belah komunitas wartawan. Ini bisa di ukur dari makin menyusutnya dukungan terhadap koalisi jurnalis tolak kriminalisasi pers. Saat genderang perang perseteruan di tabu, sebanyak 243 tanda tangan jurnalis menyatakan menentang sisno atas pernyataan di berbagai media untuk mempidanakan wartawan. Sering waktu berjalan dan kami melawan, menyusut pula dukungan, hingga tersisa bilangan jari saja.. satu..dua.. tiga.. eh.. sembilan orang yakni Upi Asmaradana Eks Metro, Asrul Global TV kini Sun TV, Iwan Taruna SCTV, Aryo Wisata Kompas, A. Aisyah Bisnis Indonesia, Humaerah 68 H, Taufik lau Metro,silahuddin Genda fajar dan AKu bernama Ana Rusli. Kami prajurit tersisa yang kerap menghabiskan malam dengan bergerilya..Beruntung kami mendapat support dari dua pimpinan media yakni Harian Fajar Sufriansyah Sultan Latief dan Tribun Timur Dahlan, Syarief Amir dan Hera..… Sebab sebagian besar dari kawan-kawan jurnalis memilih melacur dengan polisi setelah copi moning di gelar di Phoenam dan Hotel Clarion Tiap Senin.

Uh..ps… Aku Harus Tegar… “ kubaca lagi Harin fajar, kali ini menelaah kata demi kata berharap para nows room di Fajar tidak mengkopi pasta saja. Nampaknya tak ada yang berubah, termasuk ketololan yang ku buat dalam kutipan pernyataan Rahmad Zena sekretaria AJI yakni “ JIka pejabat public sudah empati pada kritik, maka tidak layak jadi panutan” .. Kata-kata empati harusnya di tambah tidak sehingga mengandung makna tidak peduli….

Ah.. itu bukan substansi masalah, kami bermain kata di media. Tapi impeq permainan kata akan mungkin saja akan mengiring kami mengikuti jejak upi. Tersangka kasus pencemaran nama baik. Ah.. sudah lah ini pilihan, Sudah takdir kami menjadi wartawan yang selalu mengkritik dan mengoreksi menyangkut kepentingan orang banyak. Demikian juga garis perlawanan kami memperjuangakn khittah UU pers 

Sabtu, Tiga belas Des Dua ribu delapan 
Pukul 10.23 Wita

Memantau sikap Empat wartawan 06.34

Menanti update. Asap mengepul membentuk lingkaran kecil . Teh itu masih panas, tapi bibirku terasa gatal. Kuhirup seteguk, “ aduh… “ teriakku… “ sapa suruh,’ kata merah. Mo marah salah juga… 

“ Sudah ada kabar mereka tidak datang, “ kata Merah. Ku jawab dengan gelengan kepala. 

Telpon berbunyi. Tertera nama Upi Asmaradhana di display flaxi. “ Hari ini kita harus tau perkembangan, wartawan fajar tidak datang. Bagaimana dengan sindo“ suara diseberang telpon berat. 

“ Ini masih cari tau, ngak ada nomornya sama saya anak Sindo, mungkin icha.. atau sebentar ku kabari ki, “ jawabku. Mati deh, sudah siang begini belum juga meng update perkembangan kasus. FATAL… buat data base, terlebih lagi tidak punya nomor kontak Ani dan Ichsan . GOOD JOB ANA….

“ Tidak pergi ji, “ kata Merah. DIa sudah menelpon dan menanyakan kabar. “ Sekarang bagaimana sikap kita, “ 

Jari telunjuk kiri kanan kuletakkan di jidad…sok ilmiah..” kita bikin stegmen atas nama Aji dan koalisi, “ 

“ Oke mainkan, “ Merah sepakat. 

Malamnya dengar rasa kantuk yang menyerang , ku kontak Rahamt Zena Sekertaris AJI Makassar untuk persetujuan dan stegmen Aji. “Empat Wartawan Makassar Akan Diperiksa Kasus Pencemaran Nama “ … 
NB : Naskah berita akan di folder.

Jumat, duabelas des duaribu delapan  

Fajar Ternyata Tak Sendiri 06.30

Kami seperti pejuang tahun 45. Harus bergerilya dan mencari dukungan. Hanya bedanya, kalau pejuang mencari dukungan ke basis rakyat, kami ke setiap media. Kali ini kami memilih rapat di Metro. Beruntung tempatnya gak jauh, sebab malam ini aku mo menjamu kawan-kawan dari Ternate Trans 7 Ko’ Ata dan Gazali Indosiar dan berberapa teman-teman Koran ternate. berkenalan dengan mereka saat menapakkan kaki bersama Ahmad Trans Tv di Ternate liputan konflik pilkada Maluku utara. Mereka kawan-kawan yang baik . Jadi tak salah bila kedatangan mereka dalam kegiatan proyek dokumentasi Wallacea, harus disambut dengan baik. Janjian Ahmad Trans bertemu di Metro.

Sayang kami tak bisa jalan. Ko Ata terpaksa mendengar kami rapat seadanya di pintu gerbang metro sembari menghitung kendaraan lewat. Perbincangan kami tak serius. Hanya ada aku, Upi, Icha dan Opi Lau Metro . Hanya mengontak Herwin dan Muchlis memastikan apakan mereka jadi datang.Beruntung kabar baik, keduanya dilarang datang setelah upi mengontak k’ Uki dibelanda menyampaikan perihal sikap fajar. 

“ Tapi saya kena marah kak Alim, ini smsnya.. Sapa bilang kalau saya yang suruh herwin dan muchlis menghadap, “ Upi tersenyum. “ Saya balas Herwin bilang, “ 

“ Setauku k’ Alim bukan protetipe pecundang, “ kataku. Aku mengenalnya, dia pria weles kasih dan jarang marah. Aku dekat dengan kak Alim karena k Asdar salah satu guruku menulis. Nur Alim Djalil dan Asdar Muis dua orang sahabat. Saling memberi dan saling mengisi kekurangan. AKu berlajar dari mereka. Kak Alim mantan cerpenis majallah Anita tahun 80-an dan menjadi wartawan fajar seangkatan k’ Asdar . Hanya saja Asdar Muis dikeluarkan dari Fajar setelah melawan Alwi hamu. Asdar memilih menjad seorang pengembara ke Jakarta dan tahun 2000 kembali ke Makassar. Pengenalan ku dengan K’ Alim dan K ‘ Asdar, setelah kami ber deal. 

Flash back kisah.Malam itu, di gedung kesenian.. suasana riuk dan ramai. Aku melihat sosok gembul bicara meledak-ledak di tengah kerumunan. Dengan keberanian berkadar 50%, aku menghampirinya dan mintanya untuk mengajar menulis. Saat itu aku ditemani Iva saat menjadi wartawan Jurnas di Jakarta. Dia menatapku dari atas sampe bawah dan berteriak. “ Hah.. Ini yang kucari sebagai pemainku sapi berbunyi” . kami pun deal meski tak kutahu apa isi pementasan teaternya. Namun belakangan aku mensyukuri, ini jalan bertemu dengan penulis idolaku NUr ALim Djalil dan namaku terkenal di kalangan wartawan dan beberapa seniman, gara-gara kebagian peran perempuan yang diperkosa dalam pentas “ SAPI BERBUNYI, “ mmmmbbeeekkkkk

Asyik-asyik kami berbincang, wartawan Sindo Ani datang dan bergabung, Kantor Koran Seputar Indonesia dan Kantor Metro TV berdampingan. 

“ Kak Icha ada rekaman ta yang di gubernur dulu, pernyataan nya pak kapolda, “ tanya Ani. Ini mengejutkan kami. “ Kamu juga dipanggil, astaga “ teriak Icha. 

“ Jangan datang,kami akan bertanggung jawab, “ kata Upi..

“ tapi… tidak apa-apa ji, “ cemas terbaca dari rautnya. Ani bertutur bahwa dirinya dan Ichsan sesame Sindo juga dipanggil. 

Surat ditangannya ku ambil. Tak ada yang beda dari surat di terima oleh Herwin. Materi kasus sama, terkait pemberitaan yang dianggap kapolda tidak pernah mengeluarkan pernyataan akan mempidanakan waratwan.Bedanya dengan wartawan fajar, surat ini baru yang pertama kali. 

Upi menelpon pimpret Sindo Muramal Azis. Hanya lima menit, putusan sudah ada. “Muramal bilang tidak akan membiarkan dua wartawannya datang. Muramal akan melihat perkembangan, “ jelas Upi 
Hampir saja kami kecolongan.Kalau malam itu kami tidak memilih ngumpul di Metro, mungkin dua wartawan sindo akan mengalami tekanan fisikologis karena suart itu. Menerima surat itu saja bisa terbaca dari sikap ketakutan Ani. Apalagi saat berhadapan dengan penyidik. Tentu saja teror sikologis membuat mereka tak berdaya. Tak hanya Ani yang khawatir, Muchlis wartawan senior yang sudah bergaul di kalangan polisi karena posting criminal juga keder dengan surat sisno. Hampir saja dia akan datang membawa surat pernyataan sikap fajar ke Mapolda besok, kalau saja koalisi tak mencegahnya. 

Kamis, sebelas des duaribu delapan


Selagi Perlawanan Menyebar, Surat-surat Itu Datang lagi 06.27

Setelah Rehab. Liburan di Bali selama tiga hari lumayan menyenangkan. Refres diri dari masalah dan membuang suntuk di pantai Sanur dan Kutai, kini, aku mulai menjalani rutinitas.Meliput peristiwa dan ketegangan yang terjadi di Makassar. Ups… Makassar memang gak ada matinya, panas cuaca dan panas pula karakter masyarakatnya. Hari pertama liputan di sambut dengan bentrok mahasiswa Univ Indonesia Timur dengan satpam . Bentrok ini dipicu aksi mahasiswa mempertanyakan status kampusnya. Hari kedua liputan ricuh di kampung Lette, 16 rumah di gusur pemkot . Alasannya mereka bagunan liar. Padahal pemda juga menjual tanah yang asalnya dari laut losari dan tertimbun dengan status kepemilikan Negara ke Lippo Karawaci di kawasan tangjung bunga. Di tanjung Bunga, Bangunan liar tak hanya milik rakyat tapi juga pemerintah.Bahkan Jusuf Kalla. 


Rutinitas itu terhenti sejenak. Sebuah kabar mengusik lagi. Kali ini datangnya dari Polda Sulsel. Halloku berkali-kali menerima pesan yang sama “ Herwin dan MUchlis di panggil lagi oleh Polda” . Telpon berdering menguatkan info itu, juga merusak konsentrasi liputan di PLN. “ Hei.. Herwin dan Muchlis itu di panggil lagi, bagaimana, “ Suara Upi “ kita bisa ketemu malam ini? “ …

Aku tidak mengiyahkan. Sebab agenda malam ini bertemu dengan kakak spiritual . Waktu terus berjalan kami saling mengabari dan berjanji untuk bertemu. Beruntung k’ Mus ada janji dengan yang lain sehingga kami mengagendakan ulang pertemuan. 

Messege “Pertemuan di gelar di Gapensi , depan Bentreng Rotherdam “  

Gerimis jatuh dari langit. Pukul 21.10 wita, kendaraan motor kupacu dengan kecepatan tinggi menuju jl. penghibur . Melintasi pantai losari tanpa hambatan. Sebab semua orang memilih berteduh di café-café dan mungkin juga sebagian anak gaul yang biasa mangkal ,meringkih di rumahnya ketimbang tumpa ruang di jalan penghibur. Jika hari normal, jalan-jalan sepanjang pantai akan sesak dengan kendaraan. Sejumlah café-café dan toko-toko sepanjang jalan akan sesak dengan manusia. 

Aku tiba di Gapensi. Hanya ada dua orang yakni Upi dan Icha . Sedangkan selebihnya ada sekelompok anak muda bersebelahan dengan meja Upi. “ Kita nunggu teman-teman yang lain, “ kata Upi. “ Si Herwin mau ke sini , “ tambahnya. 

Detik terus menghitung.. Orang-orang yang kami harapkan tak jua muncu . Kabar sms dari iwan dan Opi Lau tak bisa hadir. Kalau merah sudah pamit dari tadi sore tidak bisa datang. Untuk mengurangi rasa suntuk, aku bermain gitar. Lagunya Hujan milik Utopi dan Jauh penciptanya masih diperdebatkan. Ada kerinduan yang menyengat. Entah pada siapa….Senandungku membuat beberapa orang ikut bernyanyi.

Aryo datang lengkap dengan ransel gedenya. Aku memesan minuman tuk mengusir rasa kantuk dan teman diskusi. Pesanan bervariasi, tergantung selera. Hanya berselang beberapa menit, Herwin, Asrul dan dua temannya datang.Herwin menyerahkan surat.  

Logo dan Materinya tetap sama. Tak ada perubahan hanya tanggal yang berbeda. Senin 9 Desember , surat pemanggilan saksi atas nama Herwan Bahar dan Muchlis dua wartawan fajar Group dilayankan Polda Sulawesi Selatan. Huh… sepertinya sisno tak jera mengejar wartawan yang dianggap mencederai nya. Bila kekuasaan menjadi alat penekan, haruskan kita menaruh hormat padanya . 

“Jangan hadiri “ Pinta Upi, usai membaca suratnya kemudian kami giliran membaca surat pemanggilan. 

“ Tapi kantorku bilang hadiri, “ jawab herwin. Semua mata menatapnya tajam. 

“ Kak Alim yang bilang, didepanku.” Herwin menegaskan. Alim bernama Nur Alim Jalil, wakil pimpinan redaksi harian Fajar. Kak Alim menentukan kebijakan selama Supriyansyah S. Latief berada di Belanda. 

“ Nanti saya hubungi kak Uki, dia bilang jangan hadir, “ kata Upi. 

Ketegangan sempat berlangsung, Antara kami dengan Herwin yang mempertahankan sikap kantornya. Aku mahfun, secara fisikologis Herwin berada di posisi tak nyaman. Setelah panggilan pertama ditolak hadir, kini pemanggilan berlanjut. Menurutnya, Kuasa HUkum Fajar Ridwan Joni Silamma mengatakan bisa menghadiri. 

“ statusmu bisa naik dari saksi menjadi tersangka. “ ujarku. “ tolong dipertimbangkan dan sampaikan ke Kak Muclis, “ 

Aryo menambahkan. “ Ini juga materi baru, delik pers. Kamu sebagai wartawan sudah menjalankan tugas yang benar”. Herwin dan Muchlis dipanggil terkait pemberitaan pernyataan Kapolda Sisno di Jambore Pers yang diadakan PWI bulan Mei Lalu. Di hadapan jurnalis dan khalayak, sisno mengkampanyekan, wartawan bisa dilaporkan ke polisi jika nara sumber merasa di rugikan. Pernyatan itu yang koalisi jurnasli tolak kekerasan pers sebagai kriminalisasi pers. Karena sisno berkampanye KUHP menapikkan Hak jawab dan dewan pers sebagai jalur yang ditempu jika ada sengketa pers.

“ saya juga saksi kapolda bilang apa.. dan beberapa teman siap tuk bersaksi, “ icha menjelaskan. “ Tapi kenapa saya tidak di panggil.. Lolos kah, padahal muat di Okezone..” 

Selasa, sepuluh desember duaribu delapan.