Fajar Ternyata Tak Sendiri | 06.30 |
Filed under:
|
Kami seperti pejuang tahun 45. Harus bergerilya dan mencari dukungan. Hanya bedanya, kalau pejuang mencari dukungan ke basis rakyat, kami ke setiap media. Kali ini kami memilih rapat di Metro. Beruntung tempatnya gak jauh, sebab malam ini aku mo menjamu kawan-kawan dari Ternate Trans 7 Ko’ Ata dan Gazali Indosiar dan berberapa teman-teman Koran ternate. berkenalan dengan mereka saat menapakkan kaki bersama Ahmad Trans Tv di Ternate liputan konflik pilkada Maluku utara. Mereka kawan-kawan yang baik . Jadi tak salah bila kedatangan mereka dalam kegiatan proyek dokumentasi Wallacea, harus disambut dengan baik. Janjian Ahmad Trans bertemu di Metro.
Sayang kami tak bisa jalan. Ko Ata terpaksa mendengar kami rapat seadanya di pintu gerbang metro sembari menghitung kendaraan lewat. Perbincangan kami tak serius. Hanya ada aku, Upi, Icha dan Opi Lau Metro . Hanya mengontak Herwin dan Muchlis memastikan apakan mereka jadi datang.Beruntung kabar baik, keduanya dilarang datang setelah upi mengontak k’ Uki dibelanda menyampaikan perihal sikap fajar.
“ Tapi saya kena marah kak Alim, ini smsnya.. Sapa bilang kalau saya yang suruh herwin dan muchlis menghadap, “ Upi tersenyum. “ Saya balas Herwin bilang, “
“ Setauku k’ Alim bukan protetipe pecundang, “ kataku. Aku mengenalnya, dia pria weles kasih dan jarang marah. Aku dekat dengan kak Alim karena k Asdar salah satu guruku menulis. Nur Alim Djalil dan Asdar Muis dua orang sahabat. Saling memberi dan saling mengisi kekurangan. AKu berlajar dari mereka. Kak Alim mantan cerpenis majallah Anita tahun 80-an dan menjadi wartawan fajar seangkatan k’ Asdar . Hanya saja Asdar Muis dikeluarkan dari Fajar setelah melawan Alwi hamu. Asdar memilih menjad seorang pengembara ke Jakarta dan tahun 2000 kembali ke Makassar. Pengenalan ku dengan K’ Alim dan K ‘ Asdar, setelah kami ber deal.
Flash back kisah.Malam itu, di gedung kesenian.. suasana riuk dan ramai. Aku melihat sosok gembul bicara meledak-ledak di tengah kerumunan. Dengan keberanian berkadar 50%, aku menghampirinya dan mintanya untuk mengajar menulis. Saat itu aku ditemani Iva saat menjadi wartawan Jurnas di Jakarta. Dia menatapku dari atas sampe bawah dan berteriak. “ Hah.. Ini yang kucari sebagai pemainku sapi berbunyi” . kami pun deal meski tak kutahu apa isi pementasan teaternya. Namun belakangan aku mensyukuri, ini jalan bertemu dengan penulis idolaku NUr ALim Djalil dan namaku terkenal di kalangan wartawan dan beberapa seniman, gara-gara kebagian peran perempuan yang diperkosa dalam pentas “ SAPI BERBUNYI, “ mmmmbbeeekkkkk
Asyik-asyik kami berbincang, wartawan Sindo Ani datang dan bergabung, Kantor Koran Seputar Indonesia dan Kantor Metro TV berdampingan.
“ Kak Icha ada rekaman ta yang di gubernur dulu, pernyataan nya pak kapolda, “ tanya Ani. Ini mengejutkan kami. “ Kamu juga dipanggil, astaga “ teriak Icha.
“ Jangan datang,kami akan bertanggung jawab, “ kata Upi..
“ tapi… tidak apa-apa ji, “ cemas terbaca dari rautnya. Ani bertutur bahwa dirinya dan Ichsan sesame Sindo juga dipanggil.
Surat ditangannya ku ambil. Tak ada yang beda dari surat di terima oleh Herwin. Materi kasus sama, terkait pemberitaan yang dianggap kapolda tidak pernah mengeluarkan pernyataan akan mempidanakan waratwan.Bedanya dengan wartawan fajar, surat ini baru yang pertama kali.
Upi menelpon pimpret Sindo Muramal Azis. Hanya lima menit, putusan sudah ada. “Muramal bilang tidak akan membiarkan dua wartawannya datang. Muramal akan melihat perkembangan, “ jelas Upi
Hampir saja kami kecolongan.Kalau malam itu kami tidak memilih ngumpul di Metro, mungkin dua wartawan sindo akan mengalami tekanan fisikologis karena suart itu. Menerima surat itu saja bisa terbaca dari sikap ketakutan Ani. Apalagi saat berhadapan dengan penyidik. Tentu saja teror sikologis membuat mereka tak berdaya. Tak hanya Ani yang khawatir, Muchlis wartawan senior yang sudah bergaul di kalangan polisi karena posting criminal juga keder dengan surat sisno. Hampir saja dia akan datang membawa surat pernyataan sikap fajar ke Mapolda besok, kalau saja koalisi tak mencegahnya.
Kamis, sebelas des duaribu delapan
0 komentar:
Posting Komentar